Bisa-bisanya Mantan Pembalap Legendaris Suzuki Bilang Begini Soal Balap MotoGP

Bisa-bisanya Mantan Pembalap Legendaris Suzuki Bilang Begini Soal Balap MotoGP

DELAPANTOTO – Dunia balap MotoGP tak pernah lepas dari sorotan tajam para legenda yang pernah mengukir sejarah di lintasan. Salah satunya adalah mantan pembalap legendaris Suzuki, yang baru-baru ini membuat pernyataan mengejutkan soal kondisi balapan MotoGP saat ini.

Komentarnya memicu pro dan kontra, terutama karena datang dari sosok yang pernah berjaya bersama tim biru khas Hamamatsu tersebut. Ia dikenal bukan hanya sebagai juara, tapi juga sebagai pembalap teknis yang paham betul soal mesin dan karakter motor balap sejati.


Kritik terhadap Arah Teknologi MotoGP

Menurut sang legenda, balap MotoGP sekarang sudah terlalu banyak bergantung pada teknologi, seperti perangkat aerodinamika, ride-height device, hingga sistem elektronik canggih yang semakin mengurangi peran keterampilan alami pembalap.

“MotoGP sekarang terlalu dikendalikan komputer. Dulu, yang menentukan pemenang adalah nyali dan feeling,” katanya dalam sebuah wawancara informal.

Pernyataan ini cukup kontroversial, terutama di era di mana MotoGP justru dikenal semakin kompetitif dan ketat. Namun, bagi sebagian penggemar lama, ucapan tersebut bisa dimaklumi sebagai bentuk kerinduan pada masa balap yang lebih “murni”.


Kekhawatiran terhadap Aksi Balap yang Menurun

Sang legenda juga menyoroti bagaimana aksi salip-menyalip semakin jarang terjadi, terutama karena pengaruh aerodinamika yang menciptakan “dirty air”, sehingga motor sulit mendekat ke lawan.

“Balap sekarang mirip parade. Pembalap yang start depan, biasanya tetap di depan. Dulu, aksi-aksi nekat lebih sering terjadi.”

Ia menegaskan, MotoGP seharusnya tetap menjadi ajang pembuktian keberanian dan strategi, bukan hanya siapa yang punya data dan teknologi paling mutakhir.


MotoGP Masih Menarik, Tapi Butuh Arah yang Seimbang

Meski begitu, sang mantan pembalap tidak sepenuhnya mengecam. Ia tetap mengakui bahwa MotoGP masa kini punya banyak sisi menarik: kecepatan luar biasa, persaingan antar merek, serta talenta muda yang luar biasa.

Namun, ia menekankan perlunya keseimbangan antara teknologi dan keterampilan pembalap, agar esensi balapan tidak hilang di balik layar data dan simulasi komputer.


Penutup

Pernyataan dari mantan pembalap legendaris Suzuki ini menjadi pengingat bahwa MotoGP bukan sekadar soal siapa yang tercepat, tapi juga siapa yang paling berani, paling cerdas, dan paling “manusiawi” di atas lintasan. Kritiknya bisa jadi pemantik diskusi besar tentang masa depan balap motor paling bergengsi di dunia ini—antara modernisasi dan mempertahankan roh balap sejati.

Sumber: tvtogel.web.id

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *